Text
Menginterprestasi untuk Menerjemahkan (Interpreter Puor Traduire)
Saya memasukkan di dalam artikel ini beberapa terjemahan yang
dipengaruhi oleh bahasa asalnya; bahasa Jerman, Inggris, Cina,
Jepang, Swedia telah memungkinkan bagi kami untuk menyatakan
bahwa penerjemahan tekstual tidak ada hubungannya dengan apa yang
bisa diberikan oleh asosiasi semerta dari satu gagasan dengan satu
ungkapan yang terbebas dari segala pengaruh asing.
Ciri-ciri persentuhan yang terjadi antara pemikiran pribadi dan
bahasa muncul sedikit demi sedikit: wicara yang ditangkap direkam
dalam ingatan segera dan bergabung dengan pengetahuan gayut untuk
membentuk satu-satuan makna; satuan makna itu tidak bertahan lama
dalam ingatan segera yang berlangsung sebentar dan hanya
meninggalkan jejak-jejak abstrak di dalam ingatan kognitif. Jejak itu
adalah pelbagai gagasan yang dipahami secara berturut-turut di dalam
tuturan. Konteks verbal, konteks kognitif dan rekannya yang berjangka
waktu lebih panjang, yaitu pengetahuan gayut, telah memungkinkan
kami untuk mengikuti transformasi dari bahasa ke wacana. Kami telah
mengamati gerak penyusutan/pemuaian wacana yang -dalam hal ini
sama dengan apa yang dilakukan bahasa dengan kata-kata yang
menamai satu aspek untuk mengatakan suatu keutuhan-menimbun
suatu himpunan konseptual yang jauh lebih luas di dalam ciri-ciri yang
diungkapkan oleh beberapa kata. Maka metonimi, sinekdok, yang
biasanya hanya dianggap sebagai majas, tampak bagi kami sebagai
unsur yang mampu menandai gerakan wacana secara menyeluruh.
Dari tuturan, kami beralih ke penerjemahan. Penerjemahan yang
fungsional, yaitu yang tidak menjelajahi bahasa asing tetapi yang
menyampaikan amanat, juga merupakan wacana, dan ditandai oleh
ciri-ciri wacana. Untuk menyampaikan gagasan penerjemahkan tidak
dapat berpuas diri dengan mengalihkan pemarkah eliptis yang
81
membuat gagasan dipahami dalam bahasa pertama. Untuk membuat
makna asli terpahami, setelah berhasil mendeteksinya, penerjemahan
harus memisahkannya dengan cermat dari kulit verbal pertama untuk
menyalutnya dengan bungkus yang sesuai dalam bahasa Iain.
Kejelasan amanat yang disampaikan bergantung pada kecocokan
wicara baru dengan logika penyusunan berbagai ujaran di dalam
bahasa kedua. Maka, yang harus dilakukan, seperti yang telah kita
lihat, bukanlah menginterpretasi makna teks melainkan teks untuk
membangun kembali makna seutuhnya.
B4500006553.c1 | 418.02 MEN m | My Library (Bahasa) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain