Text
Jurnalisme investigasi : Tips dan pengalaman para wartawan indonesia membuat liputan investigasi di media cetak, Radio, dan televisi
Konon, investigasi itu seperti seks. Sebagian orang lebih suka langsung mempraktikkannya daripada berlama-lama membicarakan teorinya. Buku ini tak membuang-buang waktu membahas definisi ”jurnalisme investigasi” dengan mengutip berbagai literatur, melainkan langsung mengupas tuntas teknik-teknik membuat liputan investigasi: bagaimana menyamar atau memburu narasumber kasus-kasus berat, seperti pembunuhan aktivis HAM, kasus pembalakan hutan, dan banyak lagi.
Contoh-contoh kasusnya diambil dari pengalaman para wartawan Indonesia sehingga pembaca tidak merasa berjarak dibandingkan bila contoh yang dipaparkan adalah pengalaman wartawan-wartawan asing (seperti pada banyak buku tentang jurnalisme investigasi lain).
Di Indonesia, liputan Jurnalisme Investigasi (JI) lebih banyak muncul sebagai sesuatu yang sporadis, dilakukan hanya sewaktu-waktu, karena dipicu kemunculan sebuah peristiwa. Faktor penyebabnya banyak: ”vested interest” pemilik media, kurangnya sumber dana, ketidaktahuan mengenai pentingnya dan strategisnya JI dalam sebuah negara demokratis, hingga lemahnya kemampuan teknis para awak media. Jika penyebabnya adalah faktor yang disebutkan terakhir, buku yang ditulis Jurnalis Terbaik Jakarta (2008) untuk liputan investigasi Pembunuhan Munir dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ini, adalah obat penawarnya
B450006644 | 070.4 DAN j | My Library (Jurnalisme) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain