Text
Antologi Lampahan Punakawan
Bentuk paling klasik dari seni drama di Indonesia adalah wayang. Wayang memiliki banyak versi yang berbeda-beda namun semuanya masih berkaitan. Meskipun kesenian ini diyakini diperkenalkan di Indonesia pada masa pra-Hindu, namun telah beradaptasi dengan pengaruh Hindu dengan pengambaran yang menarik dari berbagai variasu episode cerita Ramayana dan Mahabharata. Wayang Purwa atau juga dikenal sebagai wayang kulit merupakan jenis seni pertunjukan paling tua dan merupakan salah satu seni pertunjukan yang masih bertahan dengan besarnya popularitas. Sosok tradisional yang dominan muncul dalam pewayangan diantaranya adalah tokoh-tokoh Panakawan, yang seringkali dalam pewayangan disebut juga parepat atau prepat. Dalam wayang purwa atau wayang kulit dikenal Panakawan dengan tokoh Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. tokoh ini mendampingi tokoh-tokoh berkarakter baik, sedangkan Penakawan pada tokoh seberangnya diwakili oleh tokoh Togog dan Bilung;Catugora dan Sarawita. Di Bali, tokoh wayang Panakawan terdiri dari dua orang, yaitu: Delon dengan Sangut, dan Twalen dengan Merdah. Dalam wayang madya, disebut Capa dan Cipi. Di dalam wayang klitik bernama Sabdapalon dan Nayagenggong. Panakawan Menakjingga (Majapahit) bernama Dayun dan Melik. Pada wayang gedog yang memegang peran sebagai Penakawan adalah Jarodeh/Jurudeh dan Prasanta/Prasonto. Dalam wayang Menak Agung bernama Syeh Ngiyar dengan Tajiwalar serta Bladu dengan Tuplas (Suwandono,dkk.:329).
B4200007229.c1 | 791.5 PRI a | My Library (Kesenian, Hiburan dan Olahraga) | Tersedia |
B4200007229.c2 | 791.5 PRI a | My Library (Kesenian, Hiburan dan Olahraga) | Tersedia |
B4200007229.c3 | 791.5 PRI a | My Library (Kesenian, Hiburan dan Olahraga) | Tersedia |
B4200007229.c4 | 791.5 PRI a | My Library (Kesenian, Hiburan dan Olahraga) | Tersedia |
B4200007229.c5 | 791.5 PRI a | My Library (Kesenian, Hiburan dan Olahraga) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain