Text
Mengawal industri film Indonesia
Terhitung 88 tahun sejak film pertama Indonesia diproduksi, 1926, ternyata masih banyak potensi yang belum digali. Misalnya, konsep film sebagai media pendidikan, atau promosi daerah melalui karya sinematografi.
Bayangkan pula, di Indonesia hanya ada satu sekolah film untuk 250 juta penduduk! Bahkan Lembaga Sensor Film (LSF), yang harus memeriksa ribuan program televisi dan ratusan judul film tiap tahun, hanya beranggotakan 17 orang ditambah tenaga alih daya lain. Heru Effendy berhasil memotret fenomena tersebut dalam buku ini. Diakuinya, perkembangan sinematografi Indonesia tetap ada berkat kemajuan teknologi yang memudahkan sineas muda mengasah kemampuannya. Dihapusnya Departemen Penerangan pada era Reformasi juga menjadi angin segar bagi tumbuhnya film-film yang sarat muatan politik atau satire
B420005837 | 778.53 HER m | My Library (Kesenian, Hiburan, dan Olahraga) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain