ANGSANA merupakan kumpulan puisi terbaru dari penyair Soni Farid Maulana, yang ditulis sepanjang tahun 2000-2006. Buku kumpulan puisinya ini kami terbitkan dengan rasa penuh sukacita. Sebelumnya kami menerbitkan buku puisi Sehampar Kabut (2006) dari penyair yang sama. Alhamdulillah buku puisinya itu masuk dalam lima besar anugerah sastra Khatulistiwa Literary Award 2005-2006.
hanya satu kata, Lawan! Kalimat pendek itu lebih dikenal ketimbang Wiji Thukul, penyair yang menuliskan puisi perlawanan tersebut. Hanya satu kata, lawan! telah menjadi semacam roh bagi kebangkitan jiwa-jiwa yang mencoba menemukan kembali jati dirinya, yaitu sebuah kekuatan melawan rezim otoritarianisme. Ia telah menemukan api bagi sebuah simbol perlawanan. (Munir, Alm)
“Jaksel” (Jakarta Selatan) beberapa waktu yang lalu sempat hangat menjadi bahan roasting-an komika dan media sosial. Dari “bahasa Jaksel” (yang mencampur-campur Bahasa Indonesia dan Inggris), sampai fenomena takut terlihat miskin. Akan tetapi, “Jaksel” dalam buku ini tidak terbatas hanya pada daerah Jakarta Selatan yang aktual. Seperti kutipan di awal, Jaksel bukanlah batas geografi…
Tak ada manusia yang benar-benar bisa merelakan sebuah kehilangan. Terlebih karena adanya pertalian emosi yang telah terjalin. Di satu sudut waktu Liswindio Apendicaesar, ingin meneriakkan rasa sepinya lewat puisi. Dari situlah ANICCA terlahir. Serupa bentuk pemaknaan kembali tentang arti sebuah arti melepaskan dan memaknai ketidakkekalan.
Camerado, I give you my hand. I give you my love more precious than money. I give you myself before preaching or law. Will you give me yourself? Will you come travel with me? Shall we stick by each other as long as we live?
Dalam puisinya, penyair kelahiran Yogyakarta ini banyak mengamati peristiwa besar-kecil serta refleksi dengan menghadirkan citraan alam. Ia merefleksikan berbagai pengalaman dalam puisi yang teduh, tenang dan memberi visual yang manis pada pembacanya .
Saya bertolak sekarang ke ladang. Sebagai roh. Menyapa kopra, kebun kelapa, karet dan jati. Sonder jantung. Melayang ke gerbang makam, makam saya. Manis gula merah sebagai pelipur. Tetapi sekarang saya roh. Mengendus sunyi bijih besi Tegal Buleud seperti menyongsong magrib tiba. Puisi adalah niat baik, adalah proses berjalan. Entah apa... Puisi adalah niat baik, adalah proses berjalan. Entah a…