Text
Strategi Pembelajaran Sastra Pada Era Globalisasi
Menjelang berakhirnya milenium kedua dalam menghadapi era globalisasi masih juga terdengar lesunya pembelajaran sastra di sekolah-sekolah, dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Dalam hubungannya dengan pembelajaran sastra di sekolah ini, Taufiq Ismail, pada Kongres Bahasa Indonesia VII, 26—30 Oktober 1998, masih berteriak dengan lantang ihwal "Bangsa yang Rabun Sastra dan Lumpuh Menulis". Penyebab utamanya adalah masih rendahnya mutu pembelajaran sastra di sekolah-sekolah. Siswa tidak pernah diajar membaca karya sastra secara benar. Apalagi diajar menuIis. Padahal, kunci untuk membuka ilmu pengetahuan adalah membaca dan membaca serta membaca. Membaca dapat diibaratkan sebagai jendela informasi ilmu pengetahuan. Jika kualitas siswa membaca sangat rendah, sudah barang tentu mereka akan menjadi bangsa yang rabun dan buta akan ilmu pengetahuan. Bangsa yang demikian akan terlibas oleh arus zaman yang sedang mengglobal. Sedangkan untuk dapat ikut terlibat dalam teknologi informasi dan komunikasi di tengah era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan yang tidak ringan ini diperlukan keterampilan menulis dan menulis serta menulis. Menulis berperan ikut serta membukakan jendela informasi ilmu pengetahuan bagi orang lain. Disiplin latihan menulis sangat diperlukan guna membiasakan diri berpikir secara teratur, bernalar secara sempurna, dan berargumentasi dengan baik dan benar.
b4200003060 | 807 PUJ s | My Library (Sastra Indonesia) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain