Pemahaman filosofis tentang dunia yang serba hiper merupakan sebuah ciri khas dari pemikiran pascastrukturalis. Para filsuf pascamodernis ini sangat antusias dengan perubahan revolusioner yang terjadi di dunia. Perubahan itu, di mata mereka, dibaca sebagai keadaan yang serba tidak beraturan (chaos), indeterministis, dan kemajuan atau progresitas yang tidak terkendali, simulasi, banalitas, kemu…
Setelah Hipersemiotika, terbit Posrealitas yang menguraikan permasalahan (pos)realitas dalam wacana-wacana seperti media, ekonomi, sosial. estetika, feminisme, spiritualitas, pornografi, kriminalitas, hukum dan banyak lagi. Pembaca akan menemukan banyak uraian yang lugas namun puitis, kalimat-kalimat yang mengalir dengan lancar dengan uraian akademis yang ketat.
Secara esensial, buku ini mendeskripsikan, baik secara ekspresif maupun impresif, fragmen-fragmen dunia yang dapat dilipat yang terasa mengalami perubahan budaya secara cepat, dramatis dan amat dipengaruhi oleh proses pengglobalan keadaan yang menyangkut hampir segala bidang kehidupan Dunia yang telah dilipat muncul sebagai konsekwensi dari kehadiran berbagai penemuan teknologi mutakhir teruta…
Buku ini mencoba mendedah isu-isu cultural studies pada babakannya yang paling kontemporer (fase posmodern) dengan tetap menyajikan secara deskriptif silsilah fase modern yang dengannya kebudayaan kontemporer menautkan jangkar historisnya
Buku ini dimulai dari definisi semiotika yang dikemukakan oleh Umberto Eco yang mengatakan bahwa semiotika pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta (lie). Definisi Eco ini meskipun mungkin sangat mencengangkan banyak orang secara eksplisit menjelaskan betapa sentralnya konsep dusta di dalam wacana